Jejak Toleransi di Titik Nol
Sinopsis :
Di sebuah sekolah homogen yang mayoritas siswanya beragama Islam, Siti Nur, seorang guru agama, merasa khawatir dengan munculnya ketidaktoleranan di kalangan siswanya. Salah satu siswanya, Wahid, menolak untuk mengikuti upacara bendera dan menghormati bendera, karena ia percaya hal tersebut adalah suatu bentuk kesesatan yang bertentangan dengan keyakinannya. Wahid lebih memilih untuk melakukan solat dhuha, sebuah praktik ibadah yang sangat ia junjung tinggi. Kekhawatiran Siti Nur semakin dalam, karena ia merasa sikap tersebut bisa mengarah pada radikalisasi, yang akan membatasi pemahaman siswa terhadap perbedaan dan keberagaman.
Sebagai seorang guru yang peduli terhadap masa depan siswa-siswanya, Siti Nur merasa perlu untuk memperkenalkan mereka pada keberagaman agama dan budaya yang ada di dunia. Dia percaya bahwa melalui pemahaman yang lebih dalam terhadap agama-agama lain, siswa bisa belajar untuk saling menghargai, menghormati, dan membangun sikap toleransi.
Siti Nur mulai merencanakan langkah-langkah konkret untuk memperkenalkan literasi keagamaan lintas budaya di sekolahnya. Dalam upaya ini, dia mengundang teman-temannya yang beragama Hindu untuk berbagi pengetahuan tentang agama Hindu melalui webinar virtual. Para siswa diajak untuk mengenal ajaran teologi Hindu, serta menemukan persamaan-persamaan antara agama Islam dan Hindu, seperti nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan pentingnya hidup baik.
Tak berhenti di situ, Siti juga merencanakan kunjungan ke sekolah Kristen untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa-siswanya tentang kehidupan beragama di luar lingkungan mereka. Dengan mengunjungi sekolah Kristen, siswa akan berinteraksi dengan teman-teman Kristen, belajar tentang bagaimana mereka menjalani ibadah, dan berbicara langsung dengan mereka untuk membuka wawasan yang lebih luas. Siti meyakini bahwa pengalaman langsung ini akan lebih efektif dalam mengurangi prasangka dan membangun toleransi.
Semua langkah yang dilakukan Siti berlandaskan pada keyakinannya bahwa pendidikan agama bukan hanya untuk mengajarkan ajaran-ajaran agama tertentu, tetapi juga untuk membuka pikiran dan hati siswa agar mereka dapat hidup berdampingan dengan damai di tengah keberagaman. Hal ini sejalan dengan pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, yang mengatakan bahwa sahabat yang berbeda agama adalah sahabat dalam kemanusiaan.
Melalui literasi keagamaan lintas budaya, Siti berharap dapat menumbuhkan generasi yang lebih terbuka, lebih bijak dalam melihat perbedaan, dan lebih siap menghadapi dunia yang penuh dengan keragaman. Meskipun tantangan besar untuk mengatasi radikalisasi dan intoleransi masih ada, Siti percaya bahwa setiap langkah kecil yang diambil hari ini adalah
=========================================
SPESIFIKASI | |
Penulis | Indah Permata Sari |
Penerbit | INDOCAMP |
Jumlah Halaman | 82 Halaman |
Ukuran | 14,5 x 20,5 cm |
ISBN | (Masih dalam proses) |
Buku ini juga tersedia di Marketplace
Shopee : INDOCAMP